Baban Sarbana

Cerita Bernilai Lebah Cerdas

Farmer’s Market di Los Angeles: Pasar Tradisional Bersertifikasi



Sabtu pagi di Los Angeles ada yang namanya Farmer’s Market. Pasar Sabtu kalau di Indonesia, karena buka hanya hari Sabtu setiap minggu, dari jam 09.00 – 14.00. Ketika saya membaca Metro Rail Golden Line Guidance, lokasi Farmer’s Market ini dekat dengan Stasiun East LA Civic Center. Naiklah saya Metro Rail Train dan dengan senang hati akan mengunjungi Pasar Sabtu a la Los Angeles. Ketika saya turun di Stasiun East LA Civic Center, saya meyeberang, karena tak melihat ada plang nama Farmer’s Market. Pasti disambung bis, pikir saya.

Kemudian saya bertanya kepada seseorang, yang mengatakan bahwa untuk menuju Farmer’s Market harus naik Metor Bis 40. Saya menuju halte bis dan tak lama muncul Metro Bis 40. Saya naik, dan mulai bertanya ke penumpang lain. Rupanya, Farmer’s Market tak banyak diketahui orang. Saya pun mulai kebingungan. Akhirnya, saya berhenti, tak lama ada seorang pria mengikuti saya, dan mengatakan:

“saya akan tunjukkan Farmer’s Market”

Wah, senang sekali saya, langsung kenalan, namanya Jacob, pekerja konstruksi yang sudah berkeliling ke beberapa negara bagian di USA dan sedang mengumpulkan jam kerjanya supaya bisa berpindah dari pekerjaan di satu kota ke kota lain. Jacob tergabung dalam serikat pekerja konstruksi yang memungkinkan ada transfer wilayah selama jejaring serikat pekerjanya terhubung dan jumlah jam kerjanya memenuhi syarat.

Jacob mengajak saya naik Metro Bus 40 kembali ke stasiun tadi. Dia menggunakan All Access Card, sehingga tak perlu membayar dan mengatakan bahwa saya diajak oleh dia naik bus. Enak juga. Dan baik hati. Selama perjalanan itulah kami bicara soal Farmer’s Market dan keunikannya. Lumayan menambah pengetahuan saya juga.

Sampai di stasiun tadi, ternyata Farmer’s Market hanya berjarak 100 meter dari stasiun. Letaknya di lapangan parkir persis di belakang East LA Library. Kecil saja tempatnya tapi menyenangkan. Ada 2 lajur untuk berjualan berbagai hasil pertanian, ada lajur untuk berjualan hasil olahan pertanian. Lajur hasil pertanian diisi oleh buah-buahan dan sayuran yang sudah tersertifikasi dan layak dikonsumsi. Penjualnya adalah para petani local yang memiliki lahan cukup luas dan menanam berbagai komoditas pertanian.

Terasa sekali suasana keakraban dan kekeluargaan. Sepertinya antara penjual dan pembeli sudah saling mengenal. Suasana tambah meriah karena di bagian ujung Farmer’s Market ada operator yang memutar music-musik yang kalau dari lagunya, lebih banyak music latin. Memang, kebanyakan dari penjual di Farmer’s Market ini kelihatannya berasal dari latin. Di dekat Farmer’s Market tersebut ada lapangan rumput, serta kolam buatan yang nyaman sekali pakai dipakai untuk makan dan berbincang, beberapa bermain bola dan anak-anak kecil berlarian.

Suasanya pasar tradisional yang sangat nyaman, walaupun hanya seminggu sekali, akan tetapi pastinya pasar hasil pertanian seperti ini dinanti oleh warga East LA.

Saya pun membeli alpukat, harganya US$ 5 untuk 4 buah. Ditawari untuk nyoba, enak juga; empuk. Tapi, rasanya lebih enak alpukat madu-nya Indonesia. Hanya saja, soal sertifikasi pasti lebih baik di Farmer’s Market ini. Rasa-rasanya, di Indonesia, untuk pasar tradisional hasil pertanian, tidak ada sertifikasi ketat seperti di East LA.

Selain mencoba produk yang dijual di Farmer’s Market, saya pun mengambil gambar; karena sendiri, tentu saja menggunakan tripod. Tiba-tiba saja saya dihampiri oleh seorang polisi, yang menegur saya, sambil mulutnya tetap mengunyah strawberry.

“Kamu punya ijin memotret tidak?” Tanya polisi itu.

Wah.. saya deg-degan juga. Saya jawab saja: “punya Sir. Saya dari Indonesia, hanya berkunjung untuk beberapa hari saja”

“oh well, lain kali kalau kesini, kamu harus ijin ke meja petugas di depan sana” kata Pak Polisi tadi.

Baiklah, pikir saya. Toh, saya sudah selesai memotret suasan Farmer’s Market; jadi tak perlu ijin lagi. Saya pun pulang membawa 4 alpukat sambil membayangkan andaikan saja ada pasar tradisional hasil pertanian yang bersertifikasi untuk menandai kualitasnya di Indonesia, tentu sangat menyenangkan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Information

This entry was posted on July 22, 2012 by in Traveling.

Navigation

%d bloggers like this: